Sepekan sebelum partai puncak Liga Champions, UEFA sudah terlebih dahulu menyajikan duel berkualitas bertajuk final Liga Europa, yang mempertemukan Sevilla dan Benfica, Kamis (15/5) dini hari WIB. 'Sajian berkualitas sepekan sebelum final Liga Champions disajikan UEFA dalam wujud final Liga Europa, antara Sevilla dan Benfica, Kamis (15/5) dini hari WIB.'
Kedua tim jadi kejutan, karena ketika turnamen memasuki babak 32 besar, duo Italia Serie A, Juventus dan Napoli, jadi jagoan idaman tampil di Juventus Stadium, venue partai puncak. Nyatanya pengalaman Eropa berbicara. Sevillistas Rojiblancos dan As Aguias memang jadi duo yang paling pantas ke final jika menilik catatan tersebut. Sevilla, yang kini diasuh oleh Unai Emery sukses melaju ke partai pamungkas setelah menghempasakan sesama wakil Spanyol, Valencia, secara dramatis lewat agregat skor 3-3. Stephane Mbia cs unggul gol tandang setelah menang 2-0 di kandang dan kalah 3-1 di laga tandang. Berkaca pada kompetisi domestik La Liga Spanyol, Sevilla sudah mengunci posisi keenam untuk kembali tampil di Eropa musim depan. Meski tidak konsisten dengan mengoleksi tiga kekalahan dalam tujuh laga terakhirnya, Palanganas dikenal bisa berubah 360 derajat lebih baik ketika berlaga di LE.
Kombinasi Carlos Bacca, Ivan Rakitic, dan Vitolo yang begitu tajam di lini depan, bisa menutupi kerentanan di lini belakang dengan keunggulan gol. Absennya Jairo Sampeiro karena akumulasi kartu, diyakini tak akan berpengaruh banyak. Mobilitas penggawa Sevilla, plus skema direct pass ala Emery yang begitu dibenci lawan-lawannya, bakal kembali diandalkan. Sang finalis Liga Champions, Real Madrid, bahkan pernah merasakannya hingga tersungkur. Selain segala sisi teknis yang menunjang, motivasi lebih dimiliki Sevilla untuk jadi kampiun turnamen setelah melakukannya di musim 2005/06 dan 2006/07. Ya, jika berhasil menggengam 'Si Tirus Terbalik', maka sudara Real Betis ini akan bertengger bersama Juventus, FC Internazionale, dan Liverpool sebagai pengoleksi gelar terbanyak dengan tiga trofi.
Sementara Benfica sejatinya dalam posisi di atas angin ketimbang sang lawan, Sevilla. Dalam kondisi terkini, tim asuhan Jorge Jesus lebih siap mental untuk melaju ke partai final, karena mereka adalah finalis turnaemen LE musim lalu! Ya, musim lalu secara dramatis gol Branislav Ivanovic di menit pamungkas memupus harapan Luisao cs menggengam trofi LE, yang melayang ke tangan Chelsea di Estadio da Luz! Kini Benfica siap melampiaskan segala amarah musim lalu dini hari nanti. Sejak mulai mengikuti pagelaran LE karena tersingkir di fase grup Liga Champions musim ini, Benfica menorehkan rekor mengesankan. Tim Elang sukses meraih enam kemenangan dari delapan partai menuju final. Terakhir, favorit utama turnamen, Juventus, mereka hempaskan lewat agregat 2-1. Aura optimisme untuk juara kini menyelimuti skuat O Glorioso dengan tebalnya, karena di Portugal mereka juga sudah sukses meraih gelar Primeira Liga Portugal, Taca da Liga, dan melaju ke partai final Taca de Portugal. Meski begitu jemawa, mitos buruk sedang menaungi Benfica. Mereka masih dalam masa kutukan 100 tahun mantan pelatihnya, Bela Guttman. Pria Hungaria itu adalah orang yang sukses menghadirkan kejayaan bagi Benfica lewat gelar Piala Champions 1959 dan 1962. Namun malah ia dipecat karena perselisihan kenaikan gajinya. Geram, Guttman lantas mengutuk Encarnados tak akan menjadi kampiun di Eropa dalam kurun waktu 100 tahun, dimulai pada 1962! Berdasar paparan di atas, secara kualitas dan pengalaman Benfica jelas lebih unggul dari Sevilla. Namun mitos buruk memiliki pengaruh kuat dalam olahraga sepakbola. Los Nervionenses bisa memanfaatkan hal itu meski melalui drama hujan gol!
Original Post by: http://www.sepakbola.com/2014/05/preview-liga-europa-sevilla-benfica/
Source : http://www.sepakbola.com/2014/05/preview-liga-europa-sevilla-benfica/